"JEJAK SAJAK" SEHIMPUN PUISI GENERASI KINI
Oleh Dimas Arika Mihardja di BENGKEL PUISI SWADAYA MANDIRI
JEJAK SAJAK (Sehimpun Puisi Generasi Terkini)
Memuat 58 penyair terpilih
Tebal: 300 hal + viii
Penerbit: Bengkel Puisi Swadaya Mandiri, 2012
Luar biasa! Inilah yang patut dikemukakan sebagai sebentuk apresiasi
atas inisiatif menerbitkan buku JEJAK SAJAK, Sehimpun Puisi Generasi
Kini. Buku kedua setelah SENJA DI BATAS KATA, Antologi Puisi Karya
Penyair Nusantara Raya, untuk milad DAM, kini telah terbit buku kedua.
Jika buku perdana dikuratori sendiri oleh DAM (sebagai sebentuk rasa
syukur milad ke-52, yang dihadiahi banyak puisi dari sahabat di seluruh
penjuru nusantara raya), buku JEJAK SAJAK dikuratori oleh tim yang
terdiri dari Arsyad Indradi (Banjarbaru, Kalimanatan Selatan), D
Kemalawati (Banda Aceh), dan Dimas Arika Mihardja (Jambi).
Arsyad Indradi, Penyair Gila, Blogger, dan dedengkot berkesenian di
Banjarbaru, Kalimantan Selatan, penyair Gaek ini telah berkarya sejak
tahun 1970-an hingga saat ini. Satu kegilaannya yang terkenal
senusantara ialah menerbitkan buku super tebal berjudul 142 Penyair
Menuju Bulan, yang diterbitkan sendiri mulai dari pengumpulan naskah,
pengetikan, layout, desain cover, mencetak, menjilid hingga pendanaannya
dan distribusinya ke seluruh kawasan nusantara. Reputasi dan dedikasi
lelaki Banjar ini tak diragukan lagi. Matanya selalu melototi puisi
hingga larut malam. Terus bergumul dengan puisi hingga usia 60-an tahun,
ngluyur dari kota ke kota hanya ngurusi puisi dan blog dan berkesian.
D Kemalawati, wanita ini kusebut sebagai Cut Nyak Dhien di jalur
perjuangan melalui sastra, teater, dan berbasis budaya. Melalui LaPena,
sebuah organisasi sosial-budaya yang memberikan kontribusi nyata bagi
tumbuh dan berkembangkan riak-riak dan gerakan berkesenian sastra,
teater, penerbitan, dan kegiatan sosial lainnya. Banyak penyair “besar”
negeri ini telah dan betah dilayani di rumahnya di Banda Aceh seperti
Rendra, Putu Wijaya, Tardji, Zawawi Imron, Ahmadun Y Herfanda, dan
tamu-tamu dari manca negara selalu diajak singgah di rumahnya (Tahun
lalu kami berdua bersama budayawan Malaysia dijamunya dan bulan ini ia
menjamu sastrawan Australia ). Wanita tanpa pamrih ini bersedia menjadi
kurator di tengah kesibukannya yang luar biasa. Kesuksesan Temu
Sastrawan Indonesia V di Ternate, tak luput dari kesertaannya sebagai
kurator bidang puisi. Aktivitas dan produktivitasnya seabreg banyaknya.
Guru matematika di SMK Banda Aceh ini, tersesat ke jalan yang benar saat
memilik sastra—puisi sebagai pengucapan perjuangannya memanusiakan
manausia. Tak salah lagi jika dedikasi wanita ini sungguh luar biasa,
apalagi bersedia memeriksa ribuan puisi yang harus diseleksi untuk buku
JEJAK SAJAK.
Dimas Arika Mihardja, (hehehehe apakah yang dapat
kutulis untuk diriku sendiri selain sebagai pencinta puisi saja?) atau
cukuplah disebut sebagai Direktur Eksekutif Bengkel Puisi Swadaya
Mandiri yang kini kita huni bersama sebagai wadah yang memiliki
kepedulian untuk kemajuan dunia perpuisian lewat visi saling
asaah-asih-asuh. Buku ini, hanyalah sebentuk nyata kecintaan saya di
dunia perpuisian.
Terkait dengan kuratorial perlu disampaikan
di sini, seleksi puisi atas dasar kriteria (1) kebaruan ungkapan, (2)
orisinalitas, (3) kepaduan, (4) intensifikasi, dan (5) musikalitas. Dari
masa ke masa, kebaruan ungkapan (ekspresi) senantiasaa menjadi tumpuan
dalam menyeleksi puisi, sebab dengan kebaruan ungkapan akan dibuahkan
estetika puisi. Selanjutnya, orisinaalitas penting dijadikan acuan dalam
seleksi, mengingat kasus plagiasi juga tumbuh dari masa ke masa—meski
tak gampang mengurusi soal plagiasi ini. Aspek lain yang tak bisa
ditawar-tawar dalam seleksi puisi ialah kepaduan, intensifikasi, dan
musikalitas. Tiga aspek yang disebut belakang itu menjadi ciri penanda
kuat-lemahnya puisi.
Mungkin saja dengan penerapan kelima
kriteria itu lalu ada beberapa nama penyair yang puisinya belum
terseleksi alias lolos untuk dibukukan. Hal ini tentulah merupakan
kewajaran dalam konteks proses pembelajaraan. Namun harus pula
dikemukakan di sini, bahwa program penerbitan buku puisi (dan esai) di
masa datang akan retap menjadi prioritas. Bagi mereka yang berlum punya
kesempatan bergabung dalam buku ini, harapan kami bisa berbesar hati dan
bersabar menanti edisi penerbitan berikutnya.
Inilah nama penyair dan kota domisilinya.
1. Agus Harpe (Tangerang),
2. Enrique Ayyas Camarena (Andri Purwoko) (Solo)
3. Asmara Edo Kusuma (Kairo),
4. Astry Anjani (Hongkong),
5. Belia Sby (Wonosobo),
6. Buana Kembara Senja (Bungo),
7. Deddy Firtana Iman (Banda Aceh),
8. Deri Hudaya (Bandung),
9. Dian Hartati (Bandung),
10. Dicky Usman (Bogor),
11. Dien Makmur (Sukabumi),
12. Endang Supriyadi (Depok),
13. Frid Dacosta (NTT),
14. Gendi Ratna (Jambi),
15. Gita Romadona (Depok),
16. Gustav Triono (Purwokerto),
17. Hasan Bisri Bfc (Bogor),
18. Husni Hamisi (Makassar),
19. Ibeth Beth-i (Subang),
20. Ibnu Din Assingkiri (Malaysia),
21. Jhon F.S. Pane (Kotabaru, Kalsel):
22. Ken Fitria (Purwodadi):
23. Laila Fajriyanti (Jambi),
24. LK Ara (Banda Aceh),
25. Larasati Sahara (Lhokseumawe),
26. Lutfi Mardiansyah (Sukabumi),
27. Mahbub Junaedi (Brebes),
28. Maidatul Latifah (Jambi),
29. Malam Gerimis (Bungo),
30. Mawaidi D. Mas (Jogya),
31. Moh. Ghufron Choilid (Madura),
32. Mohammad Rois Rinaldi (Banten),
33. Nabila Dewi Gayatri (Surabaya),
34. Nani Mustikasari (Bogor),
35. Nita Pramuasih (Jambi),
36. Novita Sari (Jambi),
37. Pidri Esha (Ambarawa),
38. Puja Sutrisna (Boyolali),
39. Rahayu Wiluijeng (Semarang),
40. Ratna Dewi Barrie (Bandarlampung),
41. Ria Saktriyana (Jambi),
42. Rika Masrikawati (Jambi),
43. Rizki Salamah (Jambi),
44. Romyan Fauzan (Bandung),
45. S. Iqram (Malaysia),
46. Srikandi Darma Aloena (Surabaya),
47. Sri Wintala Achmad (Cilacap),
48. Tuti Nurhidayati (Jambi),
49. Udin Sape Bima (Mataram),
50. Wahyu Elli Rahmawati (Jambi),
51. Wahyu Wibowo (Indralaya)
52. Wild Dove (Hongkong),
53. Windu Mandela (Sumedang),
54. Wiwiq Siswarahardja (Jakarta),
55. Yupnical Saketi (Jambi),
56. Zidni Arfia Rahman (Bandung), dan
57. Zup Dompas (Pekanbaru)
----Salam Puisi----
Tim Kurator
Arsyad Indradi
D Kemalawati
Dimas Arika Mihardja