By Pidri Esha | At 09.54 | Label :
Puisi
| 0 Comments
Senin, 08 Januari 2018
Minggu, 17 Desember 2017
Jejak Pagi
By Pidri Esha | At 09.37 | Label :
Puisi
| 0 Comments
Seuntai rindu semalam
menjadi jinak
bagai merpati di tangan
agaknya ia tersesat
di sebuah taman kota
hingga lampu-lampu
telah padam
atau barangkali ia tersangkut
di pucuk -pucuk akasia
lalu tertidur disana
sampai pagi
; aku mesti menjemputnya
Ungaran, April 2011
Sabtu, 16 Desember 2017
Perempuan Yang Membenci Malam
By Pidri Esha | At 10.24 | Label :
Puisi
| 0 Comments
Saat
cawan-cawan menunggu
anggukannya sebelum berlalu
cawan yang berisi dengus mampus
dari paru-paru yang aus
lalu merenda waktu
menunggu fajar yang terlalu payah
untuk meluruhkan setiap borok
dilabuhtitipkan pada gelombang
biar menghantam kapal-kapal
membawa para awak yang gagah melangkah
cuma memiliki moncong pistol
tanpa pengharapan apalagi cinta
mengemas bau malam
berceceran di kolong ranjang
lalu menebarkannya di sepanjang jalan pulang
di tempat mana ia harus melaporkan
berapa takar keringat yang keluar
berapa janji yang akan terulang dan diulangi
dari mulut para pelaut-pelaut sepi
yang mentah menghadapi hari-hari
Ahh, perempuan yang membenci malam
takut mendamba cinta
yang akan membuat hatinya berdesir
seperti pasir-pasir di pesisir
Pasar Kembang, 19082001
anggukannya sebelum berlalu
cawan yang berisi dengus mampus
dari paru-paru yang aus
lalu merenda waktu
menunggu fajar yang terlalu payah
untuk meluruhkan setiap borok
dilabuhtitipkan pada gelombang
biar menghantam kapal-kapal
membawa para awak yang gagah melangkah
cuma memiliki moncong pistol
tanpa pengharapan apalagi cinta
mengemas bau malam
berceceran di kolong ranjang
lalu menebarkannya di sepanjang jalan pulang
di tempat mana ia harus melaporkan
berapa takar keringat yang keluar
berapa janji yang akan terulang dan diulangi
dari mulut para pelaut-pelaut sepi
yang mentah menghadapi hari-hari
Ahh, perempuan yang membenci malam
takut mendamba cinta
yang akan membuat hatinya berdesir
seperti pasir-pasir di pesisir
Pasar Kembang, 19082001
Gadis Kecil dan Boneka Barbie
By Pidri Esha | At 10.19 | Label :
Puisi
| 0 Comments
Seorang gadis kecil, tertidur pulas di emperan toko
meringkuk beralaskan koran, berselimut hawa dingin
badan kurus, rambut acak-acakan tak terurus
Kulihat ia di lampu merah tadi siang
baju dikenakan sobek sana sini, dekil, kumal
sambil membawa kaleng bekas, ia bernyanyi ala kadarnya
menadahkan tangan, mengharapkan belas kasihan
dari orang-orang yang ia temui di perempatan itu
Kupandangi wajahnya yang tanpa dosa
tangannya memeluk sebuah boneka barbie,
warna merah muda, kusam, berlepotan dengan tanah
yang ia dapatkan dari tumpukan sampah di pinggiran kali code
seulas senyum tersungging di bibirnya yang kering,
mungkin ia bermimpi menjadi seorang puteri
tinggal di istana megah, tidur di atas tilam empuk, tirai bersulam emas,
saat perut lapar tinggal menjentikkan jari tangan,
dayang-dayang pun akan membawakan makanan
yang lezat-lezat, buah-buahan, minuman beraneka rasa
dalam nampan cawan emas.
Lalu ia menggeliat, sambil menggerutu,
mungkin pelayanan dayang-dayang kurang memuaskan
ahh, inikah hidup? Nikmat hanya dalam mimpi
adakah belaian kasih sayang tuk dirinya?
ataukah ini memang takdirnya?
Tak mau kumengganggu mimpi indahnya
kuseret langkah menelusuri jalan Malioboro
lampu-lampu khas Ngayogyakarta Hadininggrat
membiaskan sinar kepucatannya
seperti pucatnya gadis kecil dalam pelukan boneka barbie
Yogyakarta, April 1997
meringkuk beralaskan koran, berselimut hawa dingin
badan kurus, rambut acak-acakan tak terurus
Kulihat ia di lampu merah tadi siang
baju dikenakan sobek sana sini, dekil, kumal
sambil membawa kaleng bekas, ia bernyanyi ala kadarnya
menadahkan tangan, mengharapkan belas kasihan
dari orang-orang yang ia temui di perempatan itu
Kupandangi wajahnya yang tanpa dosa
tangannya memeluk sebuah boneka barbie,
warna merah muda, kusam, berlepotan dengan tanah
yang ia dapatkan dari tumpukan sampah di pinggiran kali code
seulas senyum tersungging di bibirnya yang kering,
mungkin ia bermimpi menjadi seorang puteri
tinggal di istana megah, tidur di atas tilam empuk, tirai bersulam emas,
saat perut lapar tinggal menjentikkan jari tangan,
dayang-dayang pun akan membawakan makanan
yang lezat-lezat, buah-buahan, minuman beraneka rasa
dalam nampan cawan emas.
Lalu ia menggeliat, sambil menggerutu,
mungkin pelayanan dayang-dayang kurang memuaskan
ahh, inikah hidup? Nikmat hanya dalam mimpi
adakah belaian kasih sayang tuk dirinya?
ataukah ini memang takdirnya?
Tak mau kumengganggu mimpi indahnya
kuseret langkah menelusuri jalan Malioboro
lampu-lampu khas Ngayogyakarta Hadininggrat
membiaskan sinar kepucatannya
seperti pucatnya gadis kecil dalam pelukan boneka barbie
Yogyakarta, April 1997
Perempuan di Tepian Telaga
By Pidri Esha | At 10.16 | Label :
Puisi
| 0 Comments
Aku perlu secarik kanvas
sejengkal kuas dan
cat minyak yang lebih
mengkilat dari kebohongan
kusebut kau,
perempuan di tepian telaga
aku akan memberi kerak nasi
untuk disanggrai, tumbuklah
di lesung keabadian
hingga menjadi serbuk menyerupai kopi
yang harus kau minum saat bangun pagi
jangan sekali-kali kau mengeluh
aku bisa membaca
dari lentik bulu matamu
yang tak henti berpeluh
ini kanvas, ini kuas dengan cat minyak
terjuntai di ujungnya
goreskan pada lembaran itu
biarkan mengering terhembus angin
seperti bening kristal
di kedua belah pipimu yang ranum
suatu hari nanti,
saat kau lelah memintal waktu
saat mimpi enggan menemani
kau kan dapati
hatimu berselimut harum surgawi
Sukorejo, 17 Juli 2012
sejengkal kuas dan
cat minyak yang lebih
mengkilat dari kebohongan
kusebut kau,
perempuan di tepian telaga
aku akan memberi kerak nasi
untuk disanggrai, tumbuklah
di lesung keabadian
hingga menjadi serbuk menyerupai kopi
yang harus kau minum saat bangun pagi
jangan sekali-kali kau mengeluh
aku bisa membaca
dari lentik bulu matamu
yang tak henti berpeluh
ini kanvas, ini kuas dengan cat minyak
terjuntai di ujungnya
goreskan pada lembaran itu
biarkan mengering terhembus angin
seperti bening kristal
di kedua belah pipimu yang ranum
suatu hari nanti,
saat kau lelah memintal waktu
saat mimpi enggan menemani
kau kan dapati
hatimu berselimut harum surgawi
Sukorejo, 17 Juli 2012
Langganan:
Postingan (Atom)